PERMASALAN PENERAPAN K3

Banyak perusahaan yang sudah menjalankan K3 dengan baik termasuk menerapkan sistem manajemen K3, namun kecelakaan masih terjadi. Banyak di antara perusahaan kelas dunia, seperti British Petroleum (BP), Pertamina, Freeport, Chevron dan lainnya yang telah menjalankan K3 dengan baik, tetapi masih mengalami kecelakaan.

Untuk itu, seorang ahli Clive Brookes to the Revitalizing Network 29 January 2009 melakukan penelitian untuk mengetahui mengapa sistem manajemen tersebut gagal. Dalam laporannya "Safety Management Systems: Why They Fail and How to Avoid It" Clive menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan sistem manajemen K3 yaitu:

  1. Companies.
  2. Sector culture.
  3. Senior Management.
  4. Middle Management.
  5. Line Management.
  6. People in the company.
  7. Safety advisers.
  8. Inflexibilities of proprietary SMS systems.
  9. Inadequately scoped bespoke systems.
  10. Consultants.

Yang menarik dari penelitian ini, sebagian besar faktor yang memengaruhi keberhasilan penerapan SMK3 dalam perusahaan menyangkut aspek manusia mulai level bawah sampai manajemen puncak. Clive juga menyebutkan masalah budaya perusahaan (company safety culture) yang tidak mendukung penerapan K3 dalam perusahaan.


Faktor lain, yang disebut adalah kurang lengkapnya aspek penerapan manajemen K3 sehingga belum semua potensi bahaya dapat dikelola. Dari keseluruhan faktor tersebut, dapat disimpulkan bahwa penyebab gagalnya penerapan SMK3 adalah karena belum holistik dan belum menjangkau semua aspek dalam perusahaan.


Untuk itu, kategori penerapan K3 dapat dikelompokkan atas 4 kategori :

  1. Perusahaan yang tidak menjalankan K3 dan angka kecelakaannya tinggi. Hal ini tentu sangat wajar karena memang K3 tidak dikelola dengan baik dan manajemen tidak peduli terhadap K3. Contoh perusahaan petasan di Kosambi Tangerang yang meledak mengakibatkan 52 orang tewas. Perusahaan sama sekali tidak peduli keselamatan dan berakibat fatal. Perusahaan ini dapat digolongkan sebagai pengusaha hitam yang tidak peduli terhadap keselamatan pekerjanya.
  2. Perusahaan yang tidak menjalankan K3, namun nasib baik (good luck) tidak terjadi kecelakaan. Tinggal menunggu waktu, suatu saat hari naasnya akan datang tanpa diduga. Perusahaan ini termasuk kategori merah.
  3. Perusahaan yang sudah menjalankan K3, sudah menerapkan sistem manajemen K3 namun masih terjadi kecelakaan. Hal ini karena penerapan K3 belum komprehensif dan holistik sehingga masih ada celah-celah untuk terjadinya kecelakaan. Perusahaan ini dapat dinilai bernasib buruk (bad luck) karena mereka pada dasarnya tidak ingin kecelakaan dan sudah berbuat banyak untuk mencegahnya. Perusahaan ini dapat dikategorikan pada level kuning.
  4. Perusahaan dengan K3 kelas dunia yang menerapkan K3 dengan baik (leading indicator) dan menghasilkan kinerja lagging yang baik pula. Inilah harapan semua perusahaan yang menjalankan K3. Untuk itulah perlu pendekatan holistik yang komprehensif. Perusahaan ini dapat dikategorikan pada level hijau.

Post a Comment for "PERMASALAN PENERAPAN K3"