Pencegahan Cedera Serius dan Kecelakaan Fatal - Occupational safety, health, environment, case studies, food safety, research journals, and e-books

Pencegahan Cedera Serius dan Kecelakaan Fatal

Pencegahan kecelakaan fatal dan cedera serius memerlukan disiplin dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab di setiap pekerjaan yang beresiko tinggi. Melakukan setiap tugas dan tanggung jawab harus dengan cara yang baik setiap waktu, maka itu perlu dilakukan penilaian bahaya awal dari tahapan  pekerjaan yang akan dilakukan, termasuk kegiatan peninjauan ulang pasca pekerjaan.

Untuk melakukan penilaian bahaya, harus mengetahui  bahaya-bahaya yang ada di lingkungan kerja, antaranya:

  1. Gravitasi: Dimana gaya tarik bumi terhadap massa/benda. Contoh: benda jatuh, kaki tersandung atau jatuh.
  2. Gerakan: Dimana ada perubahan posisi benda atau zat. Contoh: gerakan kendaraan, kapal atau peralatan,arus air, angin dan posisi tubuh: mengangkat, menjangkau atau membungkuk.
  3. Mekanikal: Energi dari komponen sebuah sistem mekanis, yaitu perputaran, getaran, atau gerakan yang terjadi di dalam peralatan/mesin yang tidak bergerak. Contoh: peralatan berputar, spiral tertekan, sabuk pembawa, ban berjalan dan mesin.
  4. Listrik: Dimana keberadaan muatan dan arus listrik. Contoh: kabel listrik, trafo listrik, listrik statis, petir, equpment bermuatan listrik, instalasi listrik dan baterai.
  5. Tekanan:Yang disebabkan oleh adanya, gas dan cairan yang dimampatkan  dalam kondisi hampa udara. Contoh: pipe bertekanan, tabung gas bertekanan, pipeline pengendali bejana, tangki,  peralatan pneumatik dan hidrolik.
  6. Suhu: Perbedaan energi panas dari benda dan lingkungan yang dirasakan oleh tubuh manusia sebagai panas dan dingin. Contoh: api menyala terbuka; percikan api; permukaan cairan dan gas yang panas dan dingin; uap yang dihasilkan oleh pembakaran; gesekan benda; dan kondisi lingkungan dan cuaca.
  7. Kimia: Energi yang ada dalam bahan kimia yang mempunyai potensi, apakah sendiri atau melalui reaksi untuk menimbulkan bahaya fisik atau kesehatan pada manusia, peralatan atau lingkungan. Contoh: uap mudah nyala, bahaya reaktif, karsinogen atau senyawan beracun lainnya, korosif, piroforik, mudah terbakar, udara kurang oksigen, asap dari las dan debu yang berterbangan.
  8. Biologi: Makhluk hidup yang bisa menimbulkan bahaya. Contoh: hewan, bakteri, virus, serangga, patogen yang dibawa darah, penanganan makanan yang tidak baik/higienis dan air yang terkontaminasi.
  9. Radiasi: Energi yang terpancar dari unsur atau sumber radioaktif, dan bahan radioaktif alami seperti NORM. Contoh: cahaya, sinar las listrik, sinar matahari, gelombang mikro, sinar laser, senar X dan NORM.
  10. Bahaya Bunyi: Bunyi dikeluarkan bila suatu gaya menyebabkan benda atau zat bergetar dan energi itu dialihkan melalui zat tersebut sebagai gelombang. Contoh: kebisingan dari peralatan, kebisingan tabrakan/tubrukan, getaran, pelepasan energi tekanan tinggi dan dampak terdahap komunikasi.
Setelah mengetahui sumber bahaya yang ada di lingkungan kerja, maka dilakukan analisa bahaya untuk menghilangkan atau mengurangi resiko-resiko dengan identifikasi bahaya, mengambil tindakan untuk mengurangi dan berbagi apa yang di ketahui. Analisa bahaya harus dilakukan oleh orang yang qualified atau yang mengerti dengan tipe pekerjaan dan bahaya potensialnya.

Analisa bahaya termasuk:

  1. Analisa Tahapan Perencanaan seperti Job Hazard Analysis (JHA), Rencana Keselamatan, Petunjuk keselamatan, prosedur pekerjaan (dengan sebuah penilaian yang sama pada perencanaan analisa bahaya-Planning Hazard Analysis), review rencana keselamata, checklist atau sejenisnya.
  2. Job Safety Analysis (JSA), Job Loss Analysis (JLA), dan JHA atau sejenisnya termasuk dalam tinjauan lapangan.
  3. Alat penilaian bahaya personal, termasuk personal safety plan dan Loss Prevention Self Assessment (LPSA).

Kalau sudah melakukan analisa bahaya, kita harus melakukan identifkasi bahaya dan ambil tindakan untuk mengurangi bahaya, apa saja yang akan dilakukan untuk melakukan identifikasi bahaya dan ambil tindakan :

  1. Safeguard pertama adalah mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan terhadap manusia (humman error), harus menangani semua faktor yang dapat mengganggu kesiapan untuk bekerja dengan baik dan untuk bereaksi secara efektif pada kejadian atau perubahan yang tak terduga di lokasi kerja.
  2. Periksa dan ikuti prosedur untuk melakukan tugas.
  3. Tanyakan apa yang akan anda lakukan dalam keadaan darurat dan masukkan informasi tersebut ke dalam dokumen JSA.
  4. Melakukan briefing JSA bersama terhadap rekan kerja  untuk memastikan bahaya yang berhubungan dengan pekerjaan, sehingga mengerti apa yang akan anda lakukan serta bagaimana melakukan pekerjaan tersebut dengan selamat dan lancar.
  5. Jika pekerjaan berubah dari apa yang sudah dibriefingkan: Harus berhenti segala aktifitas yang dilakukan, dievaluasi dan direvisi kembali JSA seperti yang dibutuhkan. Jangan membuat keputusan yang bisa merugikan.
Supaya bahaya dapat dikendalikan dengan tepat sasaran, anda harus memakai pendekatan hirarki pengendalian sebagai berikut : 

  1. Eliminasi (Menghilangkan sumber/aktivitas berbahaya).
  2. Substitusi (Mengganti sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area yang lebih aman.
  3. Perancangan (Modifikasi/Instalasi sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area supaya menjadi aman).
  4. Administrasi (Penerapan prosedur kerja, pelatihan yang dilakukan dan pengendalian ditempat kerja).
  5. Alat pelindung diri (Penyediaan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kerja dengan paparan bahaya yang resiko tinggi).
Kalau semua sudah dilakukan dengan baik dan berjalan, cedera serius dan kecelakaan fatal dapat di cegah. 

Demikianlah cara untuk mencegah cedera serius dan kecelakaan fatal, semoga bermanfaat dan bisa diterapkan di lingkungan kerja anda.

Pencegahan Cedera Serius dan Kecelakaan Fatal


Post a Comment for "Pencegahan Cedera Serius dan Kecelakaan Fatal"