Studi Kasus: Penerapan Hirarki Pengendalian Bahaya di PT XYZ - Occupational safety, health, environment, case studies, food safety, research journals, and e-books

Studi Kasus: Penerapan Hirarki Pengendalian Bahaya di PT XYZ

1. Profil Perusahaan

  • Industri                   : Manufaktur tekstil (kain katun)
  • Jumlah Karyawan  : 500 orang (80% lini produksi)
  • Kapasitas Produksi: 15 ton kain/hari
  • Sertifikasi               : ISO 9001, Sedang mengejar ISO 45001
2. Konteks Masalah K3 
Identifikasi Bahaya Utama

Bahaya

Area Produksi

Dampak Kesehatan

Frekuensi Kejadian

Debu kapas

Spinning & Weaving

Byssinosis (batuk kronis)

15 kasus/tahun

Formalin (pengawet kain)

Finishing

Iritasi kulit, risiko kanker

12 kasus/tahun

Gerakan repetitif

Packing

NMSDs (gangguan muskuloskeletal)

8 kasus/tahun

Kebisingan mesin

Weaving

Gangguan pendengaran

5 kasus/tahun


3. Analisis Akar Masalah
1. Penyebab Utama:
  • Desain fasilitas tahun 1998 tidak mempertimbangkan kontrol teknik.
  • Ketergantungan pada APD (masker biasa bukan N95).
  • Pelatihan K3 hanya 4 jam/tahun/karyawan.
2. Dampak Finansial:
  • Biaya kompensasi medis: Rp 350 juta/tahun.
  • Produktivitas turun 12% akibat absen sakit.
4. Proses Implementasi Hirarki Pengendalian
Fase 1: Assessment Risiko
  • HIRADC (Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control.
  • Pemetaan paparan debu dengan alat DustTrak.
  • Survei ergonomi REBA (Rapid Entire Body Assessment).
Fase 2: Implementasi Berjenjang
A). ELIMINASI (Tingkat 1)
1. Tindakan:
a. Penggantian Formalin:
  • Alternatif: Pengawet nano-silver berbasis air.
  • Proses: Uji coba 3 bulan di line finishing.
  • Biaya: Rp 280 juta (termasuk modifikasi tangki.
b. Redesain Layout:
Menghilangkan titik angkat manual di gudang dengan conveyor langsung.

2. Hasil:
  • Paparan karsinogen = 0%
  • Biaya bahan baku turun 7% (pengawet baru lebih murah)
B). SUBSTITUSI (Tingkat 2)
1. Tindakan:
a. Mesin Pemotong Otomatis:
  • Merk: Eastman Eagle 450 (gantikan gunting manual).
  • Fitur: Auto-adjust untuk berbagai ketebalan kain.
b. Cat Water-based:
Ganti solvent-based paint di printing.

2. Hasil:
  • Pengurangan gerakan repetitif 72% (data sensor wearable).
  • Emisi VOC turun 90%.
C). REKAYASA TEKNIS (Tingkat 3)
1. Tindakan:
a. Local Exhaust Ventilation (LEV):
  • Tipe: Downdraft booth di area spinning.
  • Kapasitas: 15.000 CFM.
b. Noise Enclosure:
Panel akustik untuk mesin rapier loom (120 dB → 85 dB)

c. Conveyor Otomatis:
Sistem roller untuk transportasi kain antar-stasiun.

2. Monitoring:
Sensor IoT real-time: Debu (PM2.5), Kebisingan, Suhu.

3. Hasil:

Parameter

Sebelum

Sesudah

Penurunan

Debu kapas

12 mg/m³

1.8 mg/m³

85%

Kebisingan

120 dB

85 dB

29%

Angkat manual

40x/jam

5x/jam

87.5%


D). PENGENDALIAN ADMINISTRATIF (Tingkat 4)
1. Program Baru:
a. Rotasi Pekerja:
Sistem 4-tim (rotasi tiap 2 jam di area bising)
b. Pelatihan Interaktif:
  • VR simulasi keadaan darurat kimia.
  • Sertifikasi kompetensi operator mesin baru.
c. Sistem Lapor Bahaya:
Aplikasi "Safety voice" + bonus Rp 50.000/laporan valid

2. Hasil:
  • Partisipasi pelatihan naik dari 45% → 92%.
  • 287 laporan bahaya teridentifikasi (2023-2024).
E). APD (Tingkat 5)
1. Peningkatan:
  • Masker: N95 → Half-face respirator dengan filter P100.
  • Sarung Tangan: Latex → Nitril anti-statis (grade industri).
  • Fit Test: Kuantitatif dengan PortaCount® (tiap 6 bulan).
2. Hasil:
  • Kepatuhan pakai APD: 98% (dari 50%).
  • Biaya APD naik 120%, tapi kecelakaan turun drastis.
5. Hasil dan Dampak Bisnis
Dampak K3

Indikator

2022

2024

Perubahan

Kasus PAK

40

9

↓ 77.5%

Near miss dilaporkan

22

158

↑ 618%

Waktu kerja hilang

1,250 hr

210 hr

↓ 83%

Skor budaya K3 (survei)

54%

89%

↑ 35%


6. Dampak Operasional & Finansial
A). Produktivitas:
  • Output naik 15% (↓ downtime)
  • Reject rate turun dari 8% → 3.2%
B). Biaya:
1. Investasi: Rp 2.1 miliar (mesin, LEV, pelatihan).
2. Penghematan/tahun:
  • Kompensasi medis: Rp 290 juta.
  • Premi asuransi: Rp 175 juta.
  • Efisiensi energi: Rp 120 juta.
3. ROI: 2.3 tahun (dihitung Q1 2024)

7. Tantangan Utama & Solusi Inovatif
Tantangan 1: Resistensi Pekerja Tua
a. Masalah: Operator senior enggan pakai respirator
b. Solusi: 
  • "Program Duta K3": Pekerja pilihannya jadi trainer.
  • APD custom berbahan kain katun tipis.
Tantangan 2: Pemeliharaan LEV
a. Masalah: Filter tersumbat debu setiap 2 minggu.
b. Solusi:
  • Sistem self-cleaning pulse-jet (investasi Rp 185 juta).
  • Kontrak pay-per-use dengan vendor.
Tantangan 3: Biaya Mesin Otomatis
a. Solusi
  • Skema leasing 3 tahun dengan pembiayaan syariah.
  • Insentif pajak dari Kemenperin untuk industri hijau.
8. Lesson Learned 
Kunci Sukses
  • Komitmen Top Management: Direktur alokasi 5% anggaran untuk inovasi K3.
  • Pendekatan Partisipatif: Workshop co-creation dengan pekerja.
  • Integrasi Teknologi: IoT + AI prediktif untuk maintenance.
Lampiran: Data Visual


Ditulis Oleh: Bayu Nurwinanto

Sumber Data:
  • Laporan Tahunan K3 PT. XYZ  (2022-2024).
  • Kementerian Ketenagakerjaan RI (2024). Best Practices K3 Sektor Tekstil.
  • Jurnal "Safety Science" Vol. 158 (2024): Engineering Controls in Textile Industries.

Post a Comment for "Studi Kasus: Penerapan Hirarki Pengendalian Bahaya di PT XYZ"