Semua industri makanan memerlukan penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical control point) untuk memastikan kualitas. Apa saja contoh HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) dalam bisnis ayam Goreng. mari saya jelaskan secara singkat, supaya pembaca dapat memahaminya.
HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) adalah konsep yang diakui secara internasional dalam program keamanan pangan. Untuk pengolah makanan dan produsen, memahami HACCP (Hazard Analysis and Critical control point) sangat penting untuk meminimalkan risiko, melindungi konsumen dari bahaya, dan menjaga reputasi perusahaan.
Sebagai restoran yang memiliki menu ayam goreng, HACCP harus diperkenalkan. berdasarkan prinsip analisis bahaya dan pengendalian titik kritis, langkah-langkah untuk setiap proses tercantum dibawah ini.
1. Analisis Bahaya
Seperti biasa, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi bahaya. kita harus waspada terhadap semua jenis bahaya, baik fisik, biologi atau kimia.
Berikut beberapa contoh potensi bahaya yang dapat terjadi selama proses berlangsung:
- Distribusi persediaan (pencemaran dari jalanan seperti debu, bakteri, plastik & batu yang masuk).
- Penyimpanan bahan (Busuk, kontaminasi dari manusia, kontaminasi silang dari bahan lain, serangga).
- Pembersihan (kontak menusia yang tidak higienis, kontaminasi dengan sabun, bakteri, virus dan bahan kimia lainnya.
- Memasak (kontaminasi kompor dan kotoran bakteri atau virus yang tidak dapat diatasi setelah proses pembersihan).
- Pengiriman ke pembeli (Abu rokok, polusi jalanan, serangga terbang, debu dari kipas angin, dan kontak menusia yang tidak higienis)
Setelah potensi bahaya diidentifikasi, tentukan prosedur terperinci untuk mengurangi, mencegah atau menghilangkan bahaya pada tingkat umum. Misalnya selama proses.
- Distribusi makanan (saat menerima makanan, saat membersihkan, saat menyiapkan makanan).
- Penyimpanan bahan (bila didinginkan, dibekukkan, atau disimpan di gudang).
- Pencucian (untuk pembersihan umum, untuk memisahkan masakan basah, kering, dan transisi sebelum memasak.
- Memasak (saat menggoreng paha dan dada ayam).
- Penyimpanan produk matang (bila produk jadi dipindahkan ke penyimpanan sementara dan patuh pada pemeriksaan berkala)
- Penyajian (Saat meletakkan ayam di piring saji).
- Pengiriman ke pembeli (apabila ayam goreng diatar ke meja pelanggan atau di antar ke rumah pelanggan.
Kemudian atur batas minimum dan maksimum yang harus dipenuhi untuk mengendalikan bahaya ke tingkat normal. Batasan kritis berbasis proses sebagai berikut:
- Distribusi bahan (ayam segar tanpa warna hijau, tidak remuk atau tekstur lembek, dan tidak berbau).
- Pengawetan bahan (ayam metah: 5 derajat celcius atau kurang; ayam beku; dalam 2 hari 18 derajat celcius atau kurang).
- Pembersihan (jangan biarkan ayam terendam terlalu lama, bau sabun, atau meninggalkan peralatan).
- Memasak (Suhu menggoreng minimum 177 derajat celcius dan waktu 15-20 menit).
- Penyimpanan (ayam untuk goreng disimpan pada suhu minimun 75 derajat celcius dan maksimum 3 jam).
- Melayani (Memakai sarung tangan saat menyajikan).
- Pengiriman ke pelanggan (Suhu tidak berubah secara signifikan sampai produk sampai ke tangan pembeli).
Catatan dapat digunakan sebagai tindakan pencegahan terhadap potensi risiko di masa depan. Dokumentasi dapat berupa catatan suhu, informasi perawatan peralatan, data lengkap tentang aktivitas pemasok dan aktivitas, dan catatan waktu yang tepat untuk melakukan koreksi.
Ini adalah contoh referensi HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) dalam bisnis ayam goreng.
Daripada mengendalikan risiko besar setelah prosuk diproses atau dikemas, HACCP digunakan untuk memantau semua tahapan proses pembuatan makanan sehat dan higienis sejak dini.
Demikian HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) dalan Restoran Ayam Goreng.
Semoga bisa jadi referensi, tambahan ilmu dan bermanfaat.
Post a Comment for "HACCP Pada Restoran Ayam Goreng "